Penjual tubuh itu mengunyah kata yang tak kunjung usai Merenda dalam kebisingan bunyi-bunyian hewan Mataku terkaku dalam ke jenuhanku….. Bisik bisiknya melahapku di hitamnya janji-janji…
Oh…. Kau maha perkasa dalam hal itu… Tapi kau maha melemah dalam hal itu… Tak bisakah engkau meredup sedetik saja agar menyegarkan sudut-sudut hati??? Bisingmu membuai di pagi dan malam…
Oh…. Kacau sekali hati dan mata ini….!!! Andai kau bias merasa kata yang ku kunyah…. Kau akan berkata ia,dalam hal ini… Tapi pengecut terlalu kecut…
Wajah itu memang pernah terbingkai dalam sutera hatiku, Tapi tak lama. Berubah warna karena tak tahan dengan terik matahari Luntur setelah aku cuci beberapa kali
Tapi warna itu pernah memoles hatiku dengan warna ke sejukan Kedamaian yang pernah terbangun dalam rumah kecil kadang terbayang
Kata yang pernah terangkai Kadang meraba ingatanku
Tapi…. Bekas rumah kecil yang pernah ada Tergantikan dengan tetumbuhan rumput dan menetaskan mimpi
Semua itu tetap saja selaksa titik cahaya yang Pernah menyentuh kulit wajahku di pagi hari
Senandung sayap capung
BalasHapusGaris2 sayapnya bertabur sinar bulan
Di taman nan senja
Menyibukkanku pada musik
Yang menyeruak ke relung relungnya
Capung yang terjaga setiap malam sunyi
Bertanya pada perwujudan
Namun perwujudan hanya memegang tangan hamlet dan,
Membawanya pada perubahan komponen alam,
Bulan, bintang, bebatuan, awan, dan hati
Lalu bercerita tentang tragedi pangeran Denmark-paris
Jantung hamlet gemetar, dan waktupun berubah jadi tragedi menyeramkan.
Malang, 24 agustus 2010
Getar senar gitar
BalasHapusBagai getaran senar gitar yang di sentuh oleh jemarinya,
Detak jantung.
Yang cair hanya satu,
Bayanganmu.
Alfabet menjadi terapi energi makna bagi jantung
Mendesah
Menderu
Dan mengharu
Adalah maknanya
Malang 31 agustus 2009
Wajahmu di lembar kosong
BalasHapusKau harus membaca lembaran lembaran kosong
Agar terlihat seberapa jelas wajahmu
Tak ada yang tau seberapa jernih wajahmu
Kecuali kau, dan cermin itu
Malang,25 agustus 2010
Sang Pelacur Kata
BalasHapusPenjual tubuh itu mengunyah kata yang tak kunjung usai
Merenda dalam kebisingan bunyi-bunyian hewan
Mataku terkaku dalam ke jenuhanku…..
Bisik bisiknya melahapku di hitamnya janji-janji…
Oh….
Kau maha perkasa dalam hal itu…
Tapi kau maha melemah dalam hal itu…
Tak bisakah engkau meredup sedetik saja agar menyegarkan sudut-sudut hati???
Bisingmu membuai di pagi dan malam…
Oh….
Kacau sekali hati dan mata ini….!!!
Andai kau bias merasa kata yang ku kunyah….
Kau akan berkata ia,dalam hal ini…
Tapi pengecut terlalu kecut…
Malang,15 jan 2011
Puisi untuk Amay
BalasHapusKuingin sentuh kedamaian
di wajah embunmu
Agar hidup ini tak menyelinap di awan kelabu
Dan siramlah tangkai2
bunga layu dengan senyummu
Agar di hati tetap ada taman
dan kicau burung
Malang, minggu 09 agustus 2009
Kata terakhir
BalasHapusWajah itu memang pernah terbingkai dalam sutera hatiku,
Tapi tak lama.
Berubah warna karena tak tahan dengan terik matahari
Luntur setelah aku cuci beberapa kali
Tapi warna itu pernah memoles hatiku dengan warna ke sejukan
Kedamaian yang pernah terbangun dalam rumah kecil kadang terbayang
Kata yang pernah terangkai
Kadang meraba ingatanku
Tapi….
Bekas rumah kecil yang pernah ada
Tergantikan dengan tetumbuhan rumput dan menetaskan mimpi
Semua itu tetap saja selaksa titik cahaya yang
Pernah menyentuh kulit wajahku di pagi hari
Malang 31 agustus 2009
Selentur hati sunyi
BalasHapusAda garis garis lentur di ujung mata
Ada lingkaran hitam di luar angka
Duduk memandanginya
Jari jemari bernada
Tak begitu bising telinga ini menangkap
Barangkali hanya sekedar suasana yang biasa
Tapi hati ini terasa sunyi,
Sunyi dari sebuah bunyi,
Sunyi dari sebuah tari,
Tapi tak sunyi dari sebuah hati
Malang, 26 agustus 2010
Nyanyian Hujan dan Petani
BalasHapusNyanyian hujan tak surutkan petani
beralun ke ladang pinggir kali
memikul cangkul menenteng serantang nasi
untuk bekal sekali sebelum mati
Nyanyian hujan setia menemani
melandai ramah menyusur licin bukan berlari
tiada henti mengabdi menggali menari
di atas tanah menanam benih
Nyanyian hujan membasuh peluh luka hati
menyeka letih
tersenyumlah
tak perlu berkerut dahi
tapi mesti membuka nurani
untuk ibu pertiwi
Nyanyian hujan,
menyibak misteri petani menanam padi.
Nyanyian hujan tak surutkan petani
BalasHapusberalun ke ladang pinggir kali
memikul cangkul menenteng serantang nasi
untuk bekal sekali sebelum mati
Nyanyian hujan setia menemani
melandai ramah menyusur licin bukan berlari
tiada henti mengabdi menggali menari
di atas tanah menanam benih
Nyanyian hujan membasuh peluh luka hati
menyeka letih
tersenyumlah
tak perlu berkerut dahi
tapi mesti membuka nurani
untuk ibu pertiwi
Nyanyian hujan,
menyibak misteri petani menanam padi.